
Sejarah Perkembangan Wayang Beber, Wayang Tertua di Indonesia – Wayang Beber berasal dari kata ameber yang berarti membentangkan. Wayang ini menjadi wayang dengan keunikannya tersendiri karena dibawakan secara berbeda, yaitu sang dalang akan membentangkan gulungan kain atau kertas yang sudah berilustrasikan kisah cerita pewayangan. Biasanya kain atau kertas yang digunakan sebagai wayang memiliki ukuran lebar 50 cm hingga 70 cm dan panjang hampir 400 cm. Kain atau kertas yang saat ini digunakan sebagai media bagi Wayang Beber merupakan sebuah perkembangan dalam perkembangan Wayang Beber. Karena sebelum menggunakan kain atau kertas, wayang ini menggunakan daun lontar sebagai media untuk melukiskan kisah-kisahnya.
Wayang Beber pertama kali diperkenalkan sekitar tahun 1223 M atau pada masa Kerajaan Jenggala yang terletak di Jawa Timur. Prabu Suryahamiluhur yang saat itu menjabat sebagai raja dari Kerajaan Jenggala, membuat perkembangan dengan melukiskan karakter-karakter dalam kisah pewayangan di atas sebuah kulit kayu. Inilah yang menjadi awal penggunaan kertas sebagai media lukis dari wayang tertua di Indonesia ini. Warna dari lukisan wayang pada saat itu pun masih sebatas hitam dan putih. Kemudian pada tahun 1326 di masa Kerjaan Majapahit, wayang ini kembali dikembangkan oleh Jaka Sasuluh dengan memberikan tongkat kayu di setiap ujung gulungan agar mempermudah dalam membentangkan gulungan. Pada saat inilah istilah beber atau ameber pertama kali muncul. Perkembangan dari Wayang Beber kembali dilakukan pada masa pemerintahan Raja Brawijaya V. Raja Brawijaya V memerintahkan anak buahnya untuk menciptakan bentuk baru dari wayang ini. Akhirnya Wayang Beber pun memiliki karakter yang berwarna dan tidak hanya sebatas hitam dan putih. Raja Brawijaya juga memerintahkan untuk membuat 3 kisah dalam wayang ini, yaitu kisah “Panji di Jenggala”, “Jaka Karebet di Majapahit”, dan “Damarwulan”. Perkembangan terakhir dari Wayang Beber dilakukan pada masa Kerajaan Demak yang termasuk Kerajaan Islam. Kisah-kisah dalam Wayang Beber yang semula merupakan kisah serapan dari agama Hindu perlahan ditambahkan dengan kisah tokoh-tokoh muslim. Pada masa Kerjaan Demak ini juga, karakter wayang yang semula digambarkan dengan bentuk fiktif mulai digambarkan dengan bentuk asli manusia. Pembaruan bentuk karakter wayang menjadi lebih realistis ini menjadi awal dari bentuk Wayang Beber masa kini.
Baca juga : Sejarah dan Perkembangan Wayang Orang, Seni Pewayangan yang Diperankan Manusia
Kisah yang diceritakan menggunakan Wayang Beber tidak hanya berasal dari satu gulungan. Biasanya, untuk menceritakan satu kisah lakon pewayangan dibutuhkan sekitar empat sampai lima gulungan Wayang Beber. Satu gulungan Wayang Beber umumnya memiliki empat adegan. Seperti halnya dengan pertunjukan wayang-wayang yang lain, Wayang Beber juga ditampilkan dengan iringan alunan suara gamelan yang terdiri dari gendang, gong, suling, gambang, bonang, siter, rebab, kenong, kempul dan kethuk. Berbagai suara dari alat-alat music tersebut kemudian akan menjadi suatu lagu yang padu setelah ditambah dengan suara merdu dari penyanyi yang disebut dengan sinden. Pendongeng yang mementaskan wayang disebut dengan dalang. Menurut kebiasaan yang sudah bermula dari jaman dahulu, pendalang harus seorang laki-laki yang memiliki garis keturunan dalang dari pendahulunya. Wayang Beber umumnya menceritakan kisah-kisah yang terdapat dalam kitab agama hindu terdahulu seperti kisah Ramayana dan kisah Mahabarata. Kisah-kisah mengenai tokoh-tokoh muslim juga menjadi salah satu kisah yang diceritakan dalam wayang ini karena telah terjadi akulturasi budaya setelah terjadi peralihan kebudayaan dari kebudayaan jaman kerajaan Hindu dan Budha menuju Kebudayaan kerajaan Islam.